HIK NAIK KELAS ((Kajian Sosial Ekonomi Warung HIK (Hidangan Istimewa Kampung) di Kota Surakarta)) Sebagai Usaha Kecil Menengah Berbasis Kerakyatan

  • Edy Susanto Politeknik Indonusa Surakarta
  • Sudiro Sudiro Politeknik Indonusa Surakarta
Keywords: Kajian soaial ekonomi warung HIK

Abstract

Krisis yang terjadi di Indonesia sejak 1997 membawa dampak yang cukup serius dalam
masyarakat, begitu juga di kota Surakarta. Salah satu akibatnya adalah meningkatnya jumlah
pengangguran di masyarakat, dimana peningkatan pengangguran ini berpengaruh pada kondisi
sosial, ekonomi, keamanan, politik dan stabilitas nasional. Permasalahan tersebut tidak dapat
selesaikan tanpa adanya rumusan dan kajian yang mendalam sehingga segala kebijaksanaan yang
telah dikeluarkan oleh pemerintah akan tepat sasaran. Krisis yang terjadi disatu sisi menjadi tonggak
perkembangan sektor informal dari segi kuantitas. Salah satu sektor informal yang mengalami
peningkatan adalah Pedagang Warung HIK (Hidangan Istimewa Kampung). Yang dimaksud dengan
pedagang warung HIK adalah pedagang angkringan (PKL) dengan peenjualnya kebanyakan lakilaki.
HIK buka malam hari antara pukul 18.00-24.00. HIK kebanyakan menjual menjual makanan
dan minuman, seperti kopi, teh, jahe, beberapa jajanan, gorengan dan nasi bungkus (nasi kucing).
HIK biasa berjualan di trotoar jalan atau di depan pertokoan. Pedagang HIK di kota Surakarta
kebanyakan berasal dari kota-kota di Karisidenan Surakarta, seperti Sukoharjo, Solo, Klaten,
Wonogiri, Sragen, Boyolali. Istilah pedagang warung hik di kota Solo dan Yogyakarta biasa disebut
dengan Pedagang Warung Angkringan. Sekitar tahun 1999-an (pasca krisis ekonomi), jumlah
pedagang warung hik yang ada di kota Surakarta sampai dengan tahun 2013 mencapai ratusan
pedagang HIK. Jumlah pedagang warung hik tersebut terus mengalami peningkatan. Kehadiran
pedagang warung hik tersebut juga mendorong beberapa masyarakat di kota Surakarta untuk
membuka usaha pendukung, seperti pembuat makanan yang nantinya akan dijual lagi oleh pedagang
HIK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pedagang HIK dikota Surakarta
mampu bertahan dan bahkan naik kelas. Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Surakarta.
Pengambilan lokasi tersebut berdasarkan kondisi bahwa pedagang warung hik banyak berjualan di
wilayah Kota Surakarta. Sedangkan yang menjadi subyek penelitian (informan) adalah para
pedagang HIK yang berjualan di kota Surakarta. Berdasarkan hasil pendataan di lapangan di
dapatkan bahwa pedagang hik di kota surakarta kebanyakan berasala dari luar daerah, sedangkan
mereka rata-rata sudah berkeluarga. Untuk latar belakang kenapa meraka berjualan hik yaitu karena
kesempatan kerja disektor informal kurang dan kompetensi maupun latar belakang pendidikan yang
kurang memenuhi syarat. Tempat berjualan mereka kebanyakan di tempat-tempat yang strategis dan
mudah dijangkau konsumen, gerobah dagang ada yang milik sendiri dan sewa, sedang waktu
berjualan mereka dari pukul 18.00-24.00, sedangkan makanan yang dijual ada yang buatan sendiri
dan ada yang titipan. Untuk hasil bersih tiap malam berkisar kurang lebih 50.000,00 rupiah.
Untuk lebih meningkatkan hasil penjualan HIK sebaiknya para pedagang HIK mulai
memikirkan tentang managemen usaha dan pengembangan usaha ke arah yang lebih profesional dan
lebih baik.

Published
2019-12-19
Section
Articles